Jumat, 12 Maret 2010


KOMITMENT & INTEGRITAS

“Let the world changes you, then you can change the world.”

Sungguh demikian banyak orang yang bermimpi untuk mengubah dunia, sedangkan ia lupa untuk mengubah dirinya sendiri. Berharap negara ini akan adil sejahtera, tetapi lupa berkaca dan melihat, “Apakah dirinya sudah sampai bercucuran keringat dan air mata untuk menuju ke sana? Atau setidaknya membuat dirinya sendiri baik?”

Mungkin akan ada yang berkata, “Itu hanya mimpi dan harapan seorang pemimpi! Kalau hanya bermimpi, semua orang bisa melakukan. Yang dibutuhkan di sini bukan mimpi. Yang dibutuhkan di sini adalah aksi!!!”

Aksi? Heh, aksi yang seperti apa maksudnya? Haruskah selalu turun ke jalan, berteriak-teriak, berbasah peluh, dan bersakit badan?

Bukan. Bukan aksi yang dipandang sesempit itu. Lagi-lagi, sudah cukup banyak orang yang beraksi meneriaki kedzaliman pemerintah. Banyak orang yang mengkaji, mewacanakan apa yang seharusnya dilakukan. Sudah ada banyak usaha dari golongan manapun yang berharap negara ini menjadi lebih baik. Banyak. Sudah banyak.

Pertanyaannya, seberapa banyak orang yang komitmen dengan ucapannya? Masihkah tetap ada orang yang punya integritas, selaras antara ucapan dan tindakannya?

Maksudnya apa?

Huff… Sungguh banyak orang yang berpikir besar namun lupa bertindak mulai dari hal kecil. Tidak salah punya mimpi ingin mengubah dunia, mengubah negara, dan mengubah hal-hal lain yang diinginkan. Namun pernahkah melihat dari sisi terkecil kehidupan? Percuma punya mimpi besar, tapi realisasi NOL BESAR.

Kita, rakyat Indonesia bisa bergaung-gaung lantang di hadapan kedzaliman pemerintah. Namun, berapa persen dari jumlah orang tersebut yang setidaknya berkomitmen untuk selalu menepati janji dan menepati waktu?

Mahasiswa dan pelajar bisa menuntut pemerintah yang tidak becus dalam penanganan kasus korupsi. Berapa banyak dari yang menuntut itu tidak melakukan korupsi ketika ujian alias menyontek?

Ini bukan untuk mendiskreditkan pihak tertentu, tapi sebagai introspeksi bagaimana kita mau mengevaluasi orang kalau diri kita sendiri tidak pernah dievaluasi. Yang dipertanyakan di sini adalah komitmen dan integritas sebagai seorang manusia?

Bagi seorang muslim, komitmen dan integritas membutuhkan kapasitas yang lebih. Karena janji yang kita buat dan kata yang terlontar keluar bukan hanya komitmen pada manusia. Itu adalah janji kita kepada Allah dan itu berarti keimanan bermain di sana.

Aku hanya miris dengan orang yang tidak komitmen. Pun dalam hal kecil seperti menepati waktu. Janji itu bukan pada manusia, tetapi kepada Allah. Dan seharusnya jika kita tak mampu menepatinya, rasa malu itu hanya untuk Allah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar